Kebijakan afirmatif yang dilakukan pemerintah kepada Papua dan Papua Barat memang dibutuhkan untuk mewujudkan kans lebih luas bagi orang asli Papua (OAP) di Bumi Cendrawasih.
“Dalam konteks Papua, kans terbuka bagi si kecil-si kecil muda Papua. Pertama, ada dana otonomi khusus. Kedua, ada affirmative policy dari pemerintah, bagaimana memberdayakan OAP supaya punya masa depan lebih cerah,” kata pemerhati Papua dan kabar-kabar strategis Prof Imron Cotan dalam sarasehan Mahasiswa Papua se-Jabodetabek yang digelar Human Studies Institute dan Moya Institute, di Jakarta, Rabu.
Imron memaparkan, Perintah Presiden Nomor 9 Tahun 2020 seputar Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Papua merupakan langkah terkini dari janji pemerintah memajukan Papua.
Menurut dia, situasi keamanan yang tidak stabil menyebabkan progres pembangunan, yang dilancarkan pemerintah menemui hambatan. Oleh karena itu, dibutuhkan penguatan kebijakan afirmatif pembangunan sebagai upaya untuk mewujudkan percepatan pembangunan kesejahteraan masyarakat Papua.
“Kebijakan afirmatif ini mesti diperkuat, terlebih dalam https://subangjawara.com/pandangan-lps-pada-bank-digital-yang-memberikan-suku-bunga-deposito-tinggi/ mewujudkan lapangan kerja bagi OAP. Contohnya, para OAP tamatan dari bermacam-macam kampus yang susah mencari kerja, dapat punya kans untuk berprofesi di BUMN,” eks Duta Besar Indonesia untuk Australia itu.
Kebijakan afirmatif lain yang akan dikeluarkan pemerintah, antara lain menurut Imron, dalam waktu dekat DPR dan pemerintah akan mengeluarkan Undang-Undang Tempat Otonomi Baru, yang diharapkan mencakup semua wilayah adat Tanah Papua.
“Tujuan utama pemekaran hal yang demikian merupakan untuk memperpendek jalanan birokrasi, jalanan logistik dan juga mewujudkan lapangan kerja baru bagi OAP. Jumlah gubernur bertambah, begitu juga wakil gubernur, sekda, hingga ke semua jajaran birokrasi ke bawah. Ini memberi kans terbuka bagi OAP,” kata Imron dalam siaran persnya.
Ketua Badan Musyawarah (Bamus) Papua Willem Frans Ansanay, mengatakan OAP memiliki hak, kewajiban, dan kans yang sama seperti masyarakat Indonesia lainnya.
Dia juga minta si kecil-si kecil muda Papua untuk menjadi komponen dari solusi untuk memajukan Papua secara khusus, dan Indonesia pada konteks yang lebih luas.
“Aku ingin buktikan ini negara aku juga memiliki. Aku dapat hidup di mana saja, berkompetisi dengan siapa saja, dan dapat berperilaku sesuatu untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, tapi juga berkhasiat bagi orang banyak. Kita berkompetisi, ya berkompetisi. Tidak ada perbedaan,” katanya memotivasi para mahasiswa asal Papua di Jabodetabek.
Sementara itu, Tokoh muda Papua Charles Kosay, mengatakan telah saatnya si kecil muda Papua menjadi agen perubahan untuk melihat masa mendatang.
Kecil muda Papua, kata dia, tidak perlu lagi melihat apa yang terjadi di belakang, sehingga dapat menghadapi tantangan yang ada di masa depan, sebagai komponen NKRI. Papua hari ini membutuhkan sumber tenaga manusia, yang notabene merupakan si kecil-si kecil muda Papua yang ketika ini menuntut ilmu di bermacam-macam tempat.
“Kita ini yang akan membangun Tanah Papua kita sendiri. Papua kaya sumber tenaga alam, tapi siapa yang akan kelola, sekiranya sumber tenaga manusianya tidak sekolah. Jadi mari kita satukan tekad kita,” ujar Charles.